Daging lab-grown atau cultivated meat saat ini menjadi sorotan dalam diskusi global terkait dengan masa depan pangan, khususnya alternatif sumber protein yang dianggap lebih efisien dan ramah lingkungan oleh beberapa pelaku industri. Namun, tidak sedikit pihak yang menolak kehadiran produk ini dengan alasan utama: ketidakalamiannya dan potensi risiko kesehatan jangka panjang yang mungkin ditimbulkan, termasuk kemungkinan memicu penyakit baru, kanker, maupun efek genetik.
Apa Itu Daging Lab-grown dan Tantangan Produksinya?
Daging lab-grown adalah daging yang diproduksi dari sel hewan di luar tubuh, melalui proses bioteknologi laboratorium. Teknologi ini menemui berbagai tantangan besar, di antaranya:
- Harga produksi yang sangat mahal
- Teknologi struktur daging yang masih sulit menyamai kualitas daging asli
- Proses panjang & pengawasan sangat ketat oleh pemerintah karena adanya potensi bahaya
Sampai sekarang, hanya negara-negara tertentu seperti Amerika Serikat dan Singapura yang mengizinkan penggunaan terbatas produk ini, itupun dengan regulasi government yang sangat ketat [projects.apnews.com].
Alasan Penolakan: Tidak Natural dan Ketakutan Efek Samping
Ketidaknaturalan Produk
Banyak pihak berpendapat, proses pembuatan daging lab-grown yang menggunakan sel hewan dan zat kimia lain jauh dari prinsip alamiah. Konsumsi bahan pangan semacam ini membuat konsumen was-was karena belum sepenuhnya dipahami bagaimana proses metabolisme tubuh terhadap protein buatan tersebut. Tidak seperti daging konvensional yang dihasilkan melalui rantai makanan alami, produk laboratorium membuka ruang terhadap efek biologis tidak terduga.
Kekhawatiran tentang Risiko Kanker & Penyakit Baru
Salah satu isu utama yang dikhawatirkan adalah kemungkinan sel pada daging lab-grown ini berubah ganas—karena teknik pembiakan di laboratorium dilakukan sedemikian rupa agar sel dapat membelah tanpa henti, mirip dengan karakteristik sel kanker. Walaupun para ahli menyatakan sel yang digunakan belum tentu menjadi kanker tanpa stimulus genetik lain, kekhawatiran masyarakat tetap tinggi. Proses laboratorium ini pada dasarnya membuat konsumen mempertanyakan efek jangka panjang terhadap tubuh, yang hingga kini memang belum diketahui secara pasti, sebab penelitian jangkapanjang belum tersedia.
Kemungkinan Penyakit Baru dan Risiko Kecacatan
Selain isu kanker, skeptisisme juga muncul atas potensi anomali biologis lain:
- Penyakit baru yang dapat lahir dari interaksi kimia baru dalam produk tanpa preseden alami
- Risiko kecacatan keturunan akibat perubahan mikroskopis dalam struktur genetik protein yang dikonsumsi secara masal dalam waktu lama
Walaupun secara resmi belum ada bukti konkrit mengenai hal tersebut, era teknologi pangan ini membutuhkan pengujian jauh lebih lama sebelum keamanan konsumsi jangka panjang benar-benar dapat diklaim.
Dampak Sosial & Regulasi Ketat Pemerintah
Fakta bahwa masih sangat sedikit negara yang mengizinkan daging laboratorium bertebaran di pasaran membuktikan pemerintah sangat hati-hati. Bahkan, sejumlah negara bagian di Amerika telah melarang penuh penjualan produk ini—misalnya Florida dan Alabama, sedangkan negara lain seperti Iowa juga melarangnya untuk dikonsumsi oleh siswa sekolah [apnews.com].
Keputusan-keputusan ini didasari apakah benar produk demikian aman untuk masyarakat luas, serta seberapa besar potensi menimbulkan masalah kesehatan skala besar.
Pilihan Kesehatan Masih di Tangan Konsumen
Dalam kondisi ilmu dan data tentang efek daging lab-grown yang masih belum mencukupi, sikap skeptis dan penolakan dengan alasan waspada patut dipertimbangkan. Konsumen perlu terus memperhatikan perkembangan penelitian, keputusan regulasi, serta pertimbangan etika dan kesehatan agar tidak menjadi korban “pencapaian ilmiah” yang ternyata membawa mudharat dunia nyata di kemudian hari.