Minggu lalu, para peneliti yang menggunakan James Webb Space Telescope (JWST) mengumumkan kalau mereka menemukan sesuatu yang menarik di exoplanet jauh bernama K2-18 b: kemungkinan terdeteksi dimethyl sulfide (DMS), yaitu molekul yang di Bumi kebanyakan dihasilkan oleh kehidupan laut mikroskopik. Exoplanet ini, yang jaraknya sekitar 120 tahun cahaya, mengelilingi sebuah bintang katai merah di zona layak huni dan mungkin termasuk planet Hycean: planet yang tertutup lautan dengan atmosfer kaya hidrogen dan penuh uap.
Walaupun deteksi ini punya tingkat kepercayaan statistik 3-sigma (sangat menjanjikan, tapi belum pasti), berita di seluruh dunia langsung ramai berspekulasi soal kemungkinan tanda kehidupan pertama di luar Bumi. Tapi, belum semua orang percaya. Para ilmuwan dari berbagai bidang sekarang mulai memberikan pendapat — ada yang optimis, tapi banyak juga yang skeptis. Apakah DMS bisa jadi tanda kehidupan, atau cuma hasil reaksi kimia aneh yang terjadi di bawah kondisi ekstrem tanpa ada kehidupan?
Di edisi Giz Asks kali ini, kami sudah kumpulkan berbagai reaksi ahli tentang temuan ini. Kami membahas soal kimianya, keterbatasan data, dan apa saja yang dibutuhkan supaya statusnya bisa naik dari “mungkin” jadi lebih pasti. Karena di astrobiologi, garis pemisah antara sesuatu yang menarik dan luar biasa itu sangat tipis. Jawaban- jawaban berikut sudah kami edit supaya lebih jelas dan singkat.
Oliver Shorttle
Ahli kimia planet dari University of Cambridge yang meneliti kemungkinan layak huni planet, dan topik lainnya.
Saya sudah meneliti soal iklim dan struktur K2-18 b (misalnya ukuran dan suhu atmosfer, serta apa yang ada di bawah atmosfernya).
Menurut saya, laporan soal DMS di spektrum K2-18 b belum bisa dibilang jadi penentu utama dalam astrobiologi. Langkah-langkah untuk yakin kita benar-benar menemukan tanda kehidupan di luar Bumi kira-kira seperti ini:
- Mastiin dulu sinyalnya benar-benar berasal dari planet yang diteliti (dalam kasus ini, dari penyerapan cahaya lewat atmosfer planet).
- Mastiin kalau sinyal itu benar-benar karena biosignature (dalam hal ini, DMS yang terdeteksi di spektrum).
- Pastikan bahwa proses non-biologis gak bisa menghasilkan tanda itu.
- Baru deh, cari tahu kemungkinan proses biologis (hipotesis) yang bisa membentuk tanda itu.
Deteksi K2-18 b ini belum sampai pada langkah ke-1 atau 2 — jadi komunitas ilmuwan masih perlu mengonfirmasi sinyalnya. Ini bukan bidang utama saya.
Langkah 3 dan 4 lebih ke bidang saya. Nah, K2-18 b ini punya tantangan sendiri buat kehidupan. Belum ada data yang nunjukkin kalau planet ini punya lautan air cair atau iklim yang mendukung kehidupan. Malah, data justru menunjukkan kalau iklimnya mungkin jauh terlalu panas untuk lautan air, bahkan bisa jadi di bawah atmosfernya yang tebal itu ada lautan magma, bukan lautan air. Karena itu, bahkan kalau langkah 1 dan 2 akhirnya mengonfirmasi DMS, kita harus anggap DMS itu muncul dari atmosfer panas, penuh sulfur dan hidrogen, tanpa kehidupan. Kita harus tanya apa reaksi kimia di atmosfer yang bisa membentuk DMS itu. Kalau kita malah langsung percaya bahwa ini DMS dari mahluk hidup, itu artinya semua ekspektasi soal iklim planet ini harus diubah — dan data belum mendukung itu.
Singkatnya, masih sangat jauh untuk percaya kalau K2-18 b bisa dihuni, apalagi sudah dihuni.
Christopher Glein
Geokimiawan di Southwest Research Institute yang ahli dalam penelitian kemungkinan kehidupan di planet laut luar angkasa.
Ini data baru yang sangat menarik. Ada fitur-fitur yang belum bisa dijelaskan di spektrum K2-18 b, yang mungkin berasal dari dimethyl sulfide atau dimethyl disulfide. Tapi, hasil ini udah mendorong JWST sampai batas kemampuannya (soalnya K2-18 b planetnya lumayan kecil), dan bisa jadi kalau analisis lebih lanjut malah nemuin nggak ada bukti yang cukup kuat secara statistik untuk fitur ini. Kita butuh lebih banyak astronom untuk ikut meneliti kasus ini! Sekarang, saya tertarik tapi juga masih hati-hati soal kemungkinan keberadaan molekul tersebut di K2-18 b.
Bahkan seandainya memang ada DMS atau DMDS, kita harus sangat hati-hati kalau mau menganggap itu sebagai biosignature. Kita baru mulai nanya-nanya soal kemungkinan reaksi kimia non-biologis di planet seperti ini. Reaksi kimia yang aneh bisa aja terjadi, karena planet itu jauh lebih kompleks (dan menarik) daripada yang kita bayangin. Kalau mau deteksi kehidupan, harus ada banyak bukti lain yang saling mendukung — dan ini tentu butuh waktu. Jadi, mari pelajari hasil baru ini dan kerja lebih lanjut.
Preprint saya di sini memuat temuan penting, kutipannya:
“Karena skenario atmosfer dalam yang direvisi bisa menjelaskan rendahnya kandungan CO [karbon monoksida] dan NH3 [amonia], ketiadaan ‘zat’ ini seharusnya tidak lagi dianggap sebagai bukti menentang skenario kayak gini di TOI-270 d [planet lain orbit bintang katai merah, ditemukan 2019], juga planet sejenis seperti K2-18 b. Hasil kami menyimpulkan kalau hipotesis Hycean saat ini nggak perlu buat menjelaskan data, walau juga nggak menutup kemungkinan ada planet Hycean.”
Nikku Madhusudhan
Astrofisikawan di University of Cambridge dan penulis utama studi terbaru ini.
Saat ini, arahnya memang sedikit lebih ke kemungkinan ada kehidupan dibanding sebelumnya, tapi kita tetap harus sangat hati-hati dan terbuka sama kemungkinan lain.
Menurut saya, yang paling bikin semangat itu kenyataan bahwa sekarang kita punya data—setidaknya bisa ada diskusi soal kemungkinan-kemungkinannya. Menurut saya, dalam 1 sampai 2 tahun ke depan, data yang lebih banyak pasti akan bantu memperjelas hasilnya.
Ignas Snellen
Astrofisikawan di Universitas Leiden dan ahli planet extrasolar.
Semuanya kayaknya dibesar-besarkan banget. Maaf kalau saya jawab singkat, saya sudah harus menghadapi pertanyaan media Belanda dan Belgia dua hari terakhir, jadi udah agak capek.
Tim penelitinya menemukan lonjakan di spektrum mereka. Tapi, nggak jelas itu nyata atau nggak, dan kalau nyata, itu karena apa. Bisa ada puluhan molekul (kalau benar nyata), atau bisa juga cuma fitur awan. Penulis cuma coba lihat apakah DMS yang menyebabkan ini (dan tambahin DMDS). Mereka abaiin puluhan molekul lain [alias sumber non-bio] yang bisa juga sebabkan lonjakan ini, lalu selesai deh. Kalau saya jadi reviewernya, saya pasti langsung stop publikasi ini. Nggak ada alasan buat bawa-bawa astrobiologi, apalagi bilang ini terobosan terbesar atau apa pun.
Sebagian besar jurnalis menulis kayak “tapi, tidak semua ilmuwan yakin…” Saya bisa bilang, kenyataannya lebih parah dari itu, tapi kebanyakan dari kami memilih diam. Saya ngerti kenapa, di masa-masa sulit kayak gini, tapi lama-lama astronomi malah bisa nggak dipercaya lagi. Silakan kutip omongan saya ini.
Sara Seager
Ilmuwan planet di MIT yang fokus meneliti atmosfer planet extrasolar.
Karena kayaknya memang nggak akan pernah bisa benar-benar dikonfirmasi, kita harus menerima istilah “planet kandidat biosignature.” Planet ini butuh lebih banyak penelitian supaya bisa dapat label itu. Pastinya nanti banyak juga yang cari cara membuat DMS tanpa adanya kehidupan.
Saya seneng orang-orang semangat. Kalau nanti ada lebih banyak bukti, planet ini dan planet lain mungkin bisa dapat “cap” sebagai kandidat biosignature, tapi ya tetap jadi kandidat selamanya.
https://gizmodo.com/did-scientists-detect-life-on-another-planet-experts-weigh-in-on-bombshell-biosignature-report-2000592296