Diet Puasa Intermiten Mengubah Otak dan Usus, Bantu Turunkan Berat Badan

May 5, 2025

2 menit teks

Para ilmuwan yang lagi berjuang buat ngatasi krisis obesitas yang terus berlanjut nemuin hal penting: Pembatasan kalori secara berkala bikin perubahan signifikan di usus dan otak, yang bisa jadi peluang baru buat menjaga berat badan ideal.

Peneliti dari China ngajak 25 sukarelawan yang masuk kategori obesitas buat ikut program pembatasan energi berkala (IER) selama 62 hari. Program ini ngatur asupan kalori dan puasa di beberapa hari.

Hasilnya, para peserta studi bukan cuma turun berat badan – rata-rata 7,6 kilogram (16,8 pon) atau 7,8 persen dari berat badan awal – tapi juga kelihatan ada perubahan aktivitas di area otak yang terkait sama obesitas, dan juga di komposisi bakteri usus.

“Di sini kami nunjukkin kalo diet IER ngubah sumbu otak-usus-mikrobioma manusia,” kata peneliti kesehatan Qiang Zeng dari Second Medical Center dan National Clinical Research Center for Geriatric Diseases di China waktu hasilnya dipublikasi Desember 2023.

“Perubahan yang kelihatan pada mikrobioma usus dan aktivitas di area otak yang terkait kecanduan selama dan setelah penurunan berat badan itu sangat dinamis dan saling terkait seiring waktu.”

Diet IER ngatur asupan kalori dan puasa di beberapa hari. (vetrestudio/Canva)

Sebenernya belum jelas apa yang nyebabin perubahan ini, atau apakah usus yang pengaruhin otak atau sebaliknya. Tapi yang pasti, usus dan otak itu saling terhubung erat, jadi ngobatin area otak tertentu bisa jadi cara buat ngontrol asupan makanan.

Perubahan aktivitas otak yang kelihatan dari hasil pemindaian fMRI ini ada di area yang penting buat ngatur nafsu makan dan kecanduan – termasuk di gyrus orbital frontal inferior.

Yang menarik lagi, perubahan mikrobioma usus yang dianalisis lewat sampel tinja dan pengukuran darah itu terkait sama area otak tertentu.

Contohnya, bakteri Coprococcus comes dan Eubacterium hallii punya hubungan negatif sama aktivitas di gyrus orbital frontal inferior kiri, area yang terlibat dalam fungsi eksekutif, termasuk kemauan kita soal asupan makanan.

“Mikrobioma usus diperkirakan berkomunikasi sama otak secara kompleks, bolak-balik,” kata ilmuwan medis Xiaoning Wang dari State Clinic Center for Geriatrics di China.

“Mikrobioma ngasilin neurotransmitter dan neurotoksin yang masuk ke otak lewat saraf dan sirkulasi darah. Sebaliknya, otak ngontrol perilaku makan, sementara nutrisi dari makanan kita ngubah komposisi mikrobioma usus.”

Anak kecil makan semangka
Nutrisi dari makanan kita ngubah komposisi mikrobioma usus. (corelens/Canva)

Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia diperkirakan ngalamin obesitas, yang ningkatin risiko berbagai masalah kesehatan, mulai dari kanker sampe penyakit jantung.

Makin banyak tau soal gimana otak dan usus kita saling bergantung bisa bikin beda besar dalam mencegah dan ngurangin obesitas secara efektif.

“Pertanyaan berikutnya yang perlu dijawab adalah mekanisme pasti gimana mikrobioma usus dan otak berkomunikasi pada orang obesitas, termasuk selama penurunan berat badan,” kata ilmuwan biomedis Liming Wang dari Chinese Academy of Sciences.

“Mikrobioma usus dan area otak spesifik mana yang penting buat sukses nurunin berat badan dan ngejaga berat badan ideal?”

Penelitian ini dipublikasi di Frontiers in Cellular and Infection Microbiology.

Versi artikel sebelumnya diterbitkan pada Desember 2023.

(KoranPost)

Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/fasting-style-diet-seems-to-result-in-dynamic-changes-in-human-brains

Share this post

May 5, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?