Ilmuwan Menghitung Berapa Banyak Daging yang Bisa Kamu Konsumsi Secara Berkelanjutan Dalam Seminggu

April 24, 2025

3 menit teks

Waktu membahas soal makan daging, kadang terasa susah banget buat nemuin keseimbangan antara menjaga kesehatan tubuh dan menjaga bumi. Tapi sekarang, tim ilmuwan lingkungan sudah menghitung “titik aman” yang bisa langsung kamu catat di daftar belanja.

“Kebanyakan orang sekarang sadar kalau kita harus makan lebih sedikit daging, baik buat lingkungan maupun kesehatan. Tapi seringnya masih bingung, sebenarnya seberapa banyak ‘lebih sedikit’ itu, dan apa benar ada dampaknya secara global,” kata Caroline Gebara, peneliti dari Technical University of Denmark.

Karena itu, dia dan timnya menghitung angka yang gampang diingat — 255 gram (sekitar 9 ons) ayam atau daging babi per minggu — jumlah yang bisa dipakai buat patokan saat belanja.

Jumlah itu kira-kira sama dengan dua potong dada ayam. Itu juga berarti 6 sampai 10 kali lebih sedikit dari daging rata-rata yang dikonsumsi orang Amerika atau Eropa pada tahun 2021.

Penelitian ini juga menyebutkan kalau daging merah — terutama daging sapi — sebaiknya nggak masuk ke pola makan yang ramah lingkungan. Alasannya, buat ternak sapi dan domba butuh lahan besar yang biasanya harus ditebangi. Hewan-hewan ini juga menghasilkan gas metana (gas rumah kaca yang 28 kali lebih kuat dari CO2) dan nitrous oksida (270 kali lebih kuat dari CO2) dari limbah dan makanannya.

bar graph shows kilograms of greenhouse gas emissions per kg of food. from most emissions to least it shows: beef, lamb, shellfish, cheese, fish, pork, poultry, eggs, rice/grains, milk, tofu, legumes.
Setiap jenis makanan punya dampak berbeda pada lingkungan. Catatan: Emisi diukur dalam kilogram karbon dioksida setara, jadi menghitung bukan cuma karbon dioksida, tapi juga gas rumah kaca lain seperti metana dan nitrous oksida. (United Nations)

“Hasil hitungan kami menunjukkan, makan daging merah dalam jumlah sedang saja sudah nggak cocok dengan kapasitas planet ini untuk bisa memulihkan sumber daya alaminya,” kata Gebara.

“Tapi, masih banyak pola makan lain — termasuk yang tetap makan daging — yang bisa sehat dan ramah lingkungan.”

Manusia sudah makan daging dan produk hewani setidaknya 2,6 juta tahun, dan kebiasaan ini kayaknya nggak akan hilang dalam waktu dekat. Tapi, nafsu kita makan daging bisa dibilang sudah kelewatan.

Jejak lingkungan dari peternakan hewan ini paling besar berasal dari gas rumah kaca yang dihasilkan hewannya sendiri, kerusakan lahan buat ternak, dan bensin yang dipakai buat transportasi, proses pemotongan, sampai daging itu sampai di meja makan kita.

Satu penelitian bahkan memperkirakan, gas rumah kaca bisa stabil selama 30 tahun kalau peternakan hewan dihentikan dengan cepat. Walaupun kemungkinan itu rendah, setidaknya ini menunjukkan betapa besar dampak industri ini ke bumi.

Mengingat hal itu, Gebara dan timnya melakukan tinjauan literatur untuk menemukan batasan pola makan sehat — ada 32 kebutuhan nutrisi utama — sekaligus cari yang ramah lingkungan dengan ambang batas tertentu supaya planet tetap lestari.

Semuanya dirangkum jadi satu model yang bisa nunjukin berapa banyak tiap jenis makanan yang bisa kita konsumsi tiap minggu tanpa membebani bumi secara berlebihan.

Rata-rata pola makan orang Amerika Serikat nilainya rendah baik dari segi kesehatan (HENI – Health Nutrition Index) maupun dari sisi keberlanjutan lingkungan ( kontribusi ke perubahan iklim). (Gebara dkk., Nature Food, 2025)

“Contohnya, perhitungan kami nunjukin kalau kamu masih bisa makan keju kalau itu penting buatmu, sambil tetap punya pola makan yang sehat dan ramah iklim,” kata Gebara. “Begitu juga dengan telur, ikan, sama daging putih, asalkan diimbangi dengan pilihan makanan lain yang lebih sehat dan ramah lingkungan. Jadi, nggak harus pilih salah satu.”

Model kayak gini memang bisa terlalu menyederhanakan kebutuhan makan dan kondisi tiap orang yang beda-beda, hal ini juga diakui oleh para penulisnya. Data karakteristik makanan untuk penelitian ini diambil dari kondisi di Amerika Serikat, jadi lebih cocok buat negara berpenghasilan tinggi, bukan untuk seluruh dunia.

Selain itu, memang nggak mudah untuk mencakup semua dampak dari sistem pangan ke seluruh dunia dalam penelitian kayak gini. Modelnya juga mengasumsikan dampak produksi makanan dalam setahun itu tetap, padahal kenyataannya bisa berubah-ubah. Teknologi juga bisa bikin dampak lingkungan dari makanan tertentu berubah, jadi model seperti ini perlu diperbarui dari waktu ke waktu.

“Penelitian kami memang fokus pada batas fisik asupan nutrisi manusia dan dampak lingkungan, tapi masih belum memasukkan faktor lain seperti akses, harga, dan budaya,” tulis para penulis.

“Buat mencapai pola makan yang benar-benar berkelanjutan, semua orang harus punya akses yang sama, dan harus didukung oleh kebijakan dari berbagai pihak.”

Penelitian ini diterbitkan di jurnal Nature Food.

(KoranPost)

Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/scientists-calculated-how-much-meat-you-can-sustainably-eat-in-a-week

Share this post

April 24, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?