Mutasi Genetik Kutu Busuk Sebabkan Resistensi Terhadap Pestisida

April 28, 2025

2 menit teks

Mutasi yang bikin serangga bisa bertahan dari serangan kimiawi kita ternyata ditemukan di tempat yang paling nggak kita duga: di dalam gen kutu kasur yang umum banget.

Mau dibilang bagus atau enggak, sebenarnya kita sempat mengendalikan serangga kecil yang bikin gatal ini setelah revolusi kimia pasca Perang Dunia II, terutama dengan ditemukannya insektisida terkenal DDT yang menginspirasi buku sains lingkungan tahun 1962 Silent Spring dan sekarang udah dilarang (dan memang seharusnya gitu).

Tapi sejak milenium baru, kutu kasur mulai balik lagi ke hidup kita dan ikut kita bepergian keliling dunia, dan beberapa di antaranya kayaknya bisa selamat bahkan dari racun paling mematikan sekalipun yang disemprotkan pembasmi serangga.

Nah, sekarang, sebuah penelitian yang dipimpin oleh para entomolog dari Virginia Polytechnic Institute and State University udah nemuin alasannya.

Ada dua spesies kutu kasur, tapi yang paling banyak ditemuin adalah Cimex lectularius. Kamu bisa lihat siklus hidup mereka dan cara mengenalinya di video ini:

Perusahaan pengendalian hama di 22 negara bagian di AS dan 4 provinsi di Kanada menyumbangkan kutu ke penelitian ini, ngasih sampel dari 134 populasi C. lectularius yang beda-beda dan dikumpulin antara tahun 2008 sampai 2022.

Populasi kutu kasur biasanya cukup banyak kawin sedarah dan makanya nggak terlalu beragam secara genetik, jadi para peneliti cuma butuh satu perwakilan dari tiap kelompok buat skrining genetik. Dua kutu ditemukan punya mutasi titik yang menyebabkan pergantian asam amino di jalur kimia yang berhubungan sama sistem saraf.

“Waktu kami balik lagi dan skrining beberapa individu dari dua populasi itu, semuanya punya mutasi,” Booth bilang.

“Mutasi ini udah tetap di mereka, dan ini mutasi yang sama yang kita temuin di kecoak Jerman.”

Dikenal sebagai mutasi gen A302S Rdl, pada kecoak dan serangga lain mutasi ini berhubungan sama resistensi terhadap dieldrin, insektisida yang dikembangkan tahun 1940-an sebagai alternatif DDT.

Bukan berarti itu alternatif yang bagus ya: kayak kerabatnya yang lebih terkenal, dieldrin bertahan di lingkungan, menumpuk dalam jumlah yang lebih besar di rantai makanan, dan dikaitkan sama beberapa masalah kesehatan. Makanya sebagian besar udah dilarang sejak tahun 1980-an dan 1990-an.

Tapi dieldrin punya komposisi yang mirip banget sama insektisida lain, fipronil – senjata pilihan kita saat ini buat ngusir kutu dan kecoak di rumah.

Fipronil umumnya dianggap pilihan yang lebih baik karena waktu paruhnya lebih pendek (meskipun, masih bisa bikin kacau koloni lebah, burung, dan hewan malang lainnya). Di lab, fipronil terbukti efektif ngelawan kutu kasur, meskipun nggak dijual buat tujuan itu.

Kecoak Jerman yang ngembangin mutasi gen Rdl, dan akhirnya resisten terhadap dieldrin, juga jadi kebal sama fipronil. Para peneliti sekarang udah nemuin kalau hal yang sama berlaku buat kutu kasur, tapi entah ini perkembangan baru atau sesuatu yang udah ada sejak fipronil ditemukan, itu masih tebak-tebakan.

“Kita nggak tahu apakah mutasi itu baru dan muncul setelah itu, atau di rentang waktu itu, atau apakah itu udah ada di populasi 100 tahun lalu,” Booth bilang.

Kutu kasur punya banyak kesempatan buat terpapar siklodiena kayak dieldrin sebelum dihentikan tahun 1990-an, dan fipronil terus dipake di obat kutu buat hewan peliharaan.

Sekarang para peneliti udah ngurutin gen kutu kasur umum, mereka berharap bisa dapet gambaran yang lebih jelas soal garis waktu evolusi ini di penelitian mendatang, dengan menganalisis spesimen dari berbagai tempat dan periode waktu yang lebih luas.

Penelitian ini udah dipublikasikan di Journal of Medical Entomology dan Journal of Heredity.

(KoranPost)

Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/bed-bugs-appear-to-have-a-genetic-resistance-to-pesticides

Share this post

April 28, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?