Obat Penurun Berat Badan Mirip Ozempic Diduga Picu Perubahan Otak Terkait Depresi

April 29, 2025

2 menit teks

Obat penurun berat badan yang lagi hits seperti Ozempic dan Wegovy memang ampuh banget buat ngatasi obesitas, tapi apakah ada efek samping gelap jangka panjangnya? Sebuah studi baru nunjukin kalau obat-obatan ini bisa memicu perubahan otak yang berhubungan sama depresi.

Ozempic dan Wegovy itu masuk kategori agonis reseptor peptida-1 mirip glukagon (obat GLP-1). Namanya gitu karena mereka niru hormon GLP-1 alami yang ada di otak, usus, dan pankreas. Fungsinya buat ngontrol gula darah sama nafsu makan, persis kayak hormon alami.

Kita juga tahu nih, obat GLP-1 ini berpengaruh ke bagian otak yang kaya dopamin, zat kimia penting buat rasa senang dan penghargaan. Obat ini juga udah dilirik buat ngobatin kecanduan alkohol dan narkoba, selain obesitas dan diabetes.

Para peneliti melihat bagaimana jalur sinyal yang berbeda di otak bisa berinteraksi. (Sharafshah et al., Curr. Neuropharmacol., 2025)

Di artikel yang baru terbit ini, tim peneliti internasional menghubungkan gangguan dopamin akibat obat GLP-1 dengan potensi depresi dan keinginan bunuh diri pada orang yang secara genetik rentan terhadap hipodopaminergia – fungsi dopamin rendah.

“Artikel ini kasih bukti penting buat nge-evaluasi ulang penggunaan obat GLP-1 secara luas,” kata psikiater Mark Gold dari Washington University School of Medicine.

“FDA dan badan pengawas lainnya harus hati-hati mempertimbangkan temuan kami terkait label dan pemantauan obat-obatan ini.”

Sebelum kita buru-buru nyimpulin, perlu dicatat ya, studi ini cuma pake model komputer: belum ada tes lab atau uji klinis di sini. Peneliti cuma menganalisis jalur genetik obat GLP-1 yang berhubungan sama depresi dan risiko bunuh diri.

Mereka nemuin interaksi sama aktivitas gen tertentu – termasuk DRD3, BDNF, CREB1, CRH, IL6, dan DPP4. Gen-gen ini punya dua kriteria: berhubungan sama sinyal dopamin dan suasana hati, dan obat GLP-1 bisa mempengaruhi perilakunya.

Ini juga bukan pertama kalinya hubungan ini ditemuin. European Medicines Agency udah menyelidiki bagaimana orang yang minum obat GLP-1 mungkin makin sering mikir buat bunuh diri dan menyakiti diri sendiri, berdasarkan laporan dari tenaga kesehatan di Islandia.

Di tahun 2024, review efek samping dari obat GLP-1 nunjukin kalau 1,2 persen adalah kejadian psikiatris yang nggak biasa, dengan depresi paling sering dilaporkan, disusul kecemasan dan keinginan bunuh diri.

Penelitian ini masih di tahap awal banget, jadi kita jangan langsung ambil kesimpulan ya. Tapi, mengingat betapa bedanya kita semua dalam hal genetik, lingkungan, dan reaksi terhadap obat, penting banget buat nyari tahu sebanyak mungkin tentang potensi efek samping obat GLP-1.

Pengobatan ini masih tergolong baru, dan setiap penelitian baru bikin kita makin paham gimana penggunaan jangka panjangnya bisa berdampak pada kesehatan kita, entah itu gimana mereka bisa mengurangi keinginan ngemil atau kasih manfaat buat kesehatan jantung.

“Meskipun obat GLP1-R menjanjikan buat ngobatin gangguan kecanduan dan perilaku, kita harus tetap waspada terhadap potensi bahayanya,” kata psikiater Igor Elman dari Harvard University.

“Studi ini bukan buat menghancurkan harapan, tapi buat nambahin lapisan kehati-hatian dalam pemberian resep yang berlebihan.”

Penelitian ini udah terbit di Current Neuropharmacology.

Kalau cerita ini bikin kamu khawatir atau butuh ngobrol sama seseorang, silakan cek daftar ini buat nemuin hotline krisis 24/7 di negaramu, dan mintalah bantuan.

(KoranPost)

Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/ozempic-type-drugs-may-trigger-brain-changes-linked-to-depression

Share this post

April 29, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?