Pengalaman Buruk Masa Kecil Dapat Merusak White Matter Otak, Studi Menemukan

May 13, 2025

3 menit teks

Pengalaman sulit di masa kecil ternyata bisa berdampak jangka panjang pada otak kita. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kejadian buruk seperti konflik keluarga dan kemiskinan bisa memengaruhi fungsi kognitif anak-anak sampai bertahun-tahun setelahnya.

Studi ini, yang dipimpin oleh tim dari Brigham and Women’s Hospital di Massachusetts, secara khusus melihat materi putih (white matter). Ini adalah jaringan yang lebih dalam di otak, terdiri dari serat komunikasi yang mengantar informasi antar neuron.

“Kami menemukan bahwa berbagai kesulitan terkait dengan tingkat fractional anisotropy (FA) yang lebih rendah, ukuran mikrostruktur materi putih, di seluruh otak. Dan ini ternyata berhubungan dengan kinerja yang lebih rendah dalam tugas matematika dan bahasa di kemudian hari,” tulis para peneliti dalam makalah yang diterbitkan.

Para peneliti menduga materi putih berperan sebagai mediator antara stres dan kognisi. (Carozza et al., PNAS, 2025)

Tim menganalisis hasil pindai otak materi putih pada 9.082 anak-anak berusia sekitar 9 dan 10 tahun. Anak-anak dan orang tua mereka juga ditanya tentang berbagai masalah yang bisa terjadi selama masa kecil.

Masalah-masalah tersebut meliputi masalah kesehatan mental dan kecanduan pada orang tua, kurangnya perawatan medis, dan rendahnya keamanan lingkungan tempat tinggal. Faktor-faktor ini dicocokkan dengan hasil pindai materi putih untuk menemukan hubungannya.

Meskipun pindai otak hanya diambil sekali – jadi studi ini belum bisa membuktikan sebab-akibat atau perubahan materi putih seiring waktu – para peserta muda ini memang menjalani berbagai tes kognitif selama tiga tahun setelahnya.

Konektivitas materi putih yang berkurang ternyata berhubungan dengan kinerja kognitif yang lebih buruk. Meskipun perbedaannya tidak besar, ini menunjukkan bahwa dampak dari pengalaman hidup yang buruk di masa kecil bisa terbawa hingga masa remaja.

Brain images
Gambar materi putih representatif dari peserta dengan latar belakang ekonomi rendah dan tinggi. (Carozza et al., PNAS, 2025)

Sudah banyak penelitian tentang bagaimana pengalaman stres bisa meninggalkan bekas permanen di otak – mulai dari anak-anak yang terpisah dari orang tua hingga tentara yang pulang dari medan perang – tapi perubahan materi putih belum banyak diteliti.

“Aspek materi putih yang menunjukkan hubungan dengan lingkungan masa kecil kita ternyata jauh lebih luas di seluruh otak daripada yang kita duga,” kata ahli saraf Sofia Carozza, dari Brigham and Women’s Hospital.

“Bukan hanya satu atau dua jalur yang penting untuk kognisi, tapi seluruh otak berhubungan dengan kesulitan yang mungkin dialami seseorang di awal kehidupannya.”

Ada kabar baik di sini. Dampak positif pada anak-anak, termasuk dukungan dari komunitas yang lebih luas, dan orang tua yang hadir dan terlibat, tampaknya bisa melindungi materi putih otak dari kerusakan.

Para peneliti ingin meningkatkan kesadaran tentang kerusakan yang bisa terjadi saat tubuh anak-anak berkembang, yang kemudian memiliki dampak di kemudian hari – meskipun masa kecil yang bahagia dan utuh tidak selalu memberikan jaminan.

“Kita semua hidup dalam suatu lingkungan, dan fitur-fitur lingkungan itu seperti hubungan, kehidupan di rumah, lingkungan sekitar, atau kondisi materiil bisa membentuk cara otak dan tubuh kita tumbuh, yang pada gilirannya memengaruhi apa yang bisa kita lakukan dengannya,” kata Carozza.

“Kita harus berusaha memastikan bahwa lebih banyak orang bisa memiliki kehidupan rumah yang stabil dan sehat seperti yang dibutuhkan otak, terutama di masa kecil.”

Penelitian ini telah diterbitkan di PNAS.

(KoranPost)

Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/childhood-adversity-may-damage-the-brains-white-matter-study-finds

Share this post

May 13, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?