Mikroplastik Tetap Ada di Air Minum Meski Pengolahan Air Telah Maju

May 2, 2025

3 menit teks

Potongan-potongan kecil plastik alias mikroplastik, jadi masalah yang makin besar. Mikroplastik ini asalnya dari mana-mana, mulai dari pakaian, alat masak, produk perawatan diri, sampai benda-benda sehari-hari lainnya. Karena awet banget, mereka betah banget di lingkungan, bahkan sampai ke badan kita.

Nggak cuma banyak orang di Bumi yang udah terkontaminasi mikroplastik, kita juga masih terpapar setiap hari. Soalnya, belum banyak peraturan yang beneran ketat buat ngontrol serpihan kecil ini.

Menurut tinjauan literatur terbaru, sebagian besar paparan mikroplastik yang kita alami mungkin datang dari air minum. Ini karena instalasi pengolahan air limbah (IPAL) ternyata belum efektif banget buat ngilangin mikroplastik.

Sejak produksi plastik dimulai, kira-kira udah 9 miliar metrik ton plastik diproduksi di seluruh dunia. Kebanyakan plastik ini lama kelamaan pecah jadi potongan yang makin kecil, tapi nggak beneran hancur. Akhirnya, jadilah debu plastik halus yang sekarang udah nyebar ke seluruh penjuru planet.

Partikel kecil ini, yang ukurannya 5 milimeter ke bawah, udah banyak banget ditemuin di tanah dan air di mana-mana. Studi baru nunjukkin, IPAL sebenernya udah ngilangin banyak mikroplastik, tapi tetep aja nggak cukup.

“Tinjauan literatur sistematis kami menemukan bahwa meskipun sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah secara signifikan mengurangi beban mikroplastik, penghilangan total masih belum bisa dicapai dengan teknologi yang ada saat ini,” kata penulis senior Un-Jung Kim, insinyur lingkungan di University of Texas di Arlington (UTA).

“Akibatnya, banyak mikroplastik kembali masuk ke lingkungan, kemungkinan membawa polutan berbahaya residu lainnya dalam air limbah, seperti bisfenol, PFAS, dan antibiotik.”

“Mikroplastik dan polutan organik ini mungkin ada dalam kadar yang sangat kecil, tapi kita bisa terpapar melalui kegiatan sederhana seperti minum air, mencuci pakaian, atau menyiram tanaman. Ini bisa berdampak serius pada kesehatan manusia dalam jangka panjang, seperti penyakit kardiovaskular dan kanker.”

Tinjauan ini bilang, salah satu kendala penting adalah belum ada definisi yang seragam tentang apa yang dianggap mikroplastik. Plus, belum ada metode standar buat ngukur keberadaannya di air.

“Kami menemukan bahwa efektivitas pengolahan bervariasi tergantung pada teknologi yang digunakan oleh komunitas dan cara mikroplastik diukur untuk menghitung tingkat penghilangan,” kata penulis utama Jenny Kim Nguyen, ahli kimia lingkungan di UTA.

“Salah satu cara untuk menangani masalah mikroplastik yang terus meningkat adalah dengan mengembangkan metode pengujian standar yang memberikan pemahaman lebih jelas tentang masalah ini,” tambahnya.

Nguyen sendiri lagi berusaha ngebantu nyusun metode standar itu. Ini langkah penting banget buat ngadepin ancaman serius mikroplastik buat kesehatan masyarakat.

“Penelitian ini membantu kita memahami masalah mikroplastik saat ini, sehingga kita bisa mengatasi dampak kesehatan jangka panjangnya dan membuat upaya mitigasi yang lebih baik,” kata rekan penulis Karthikraj Rajendiran, ahli kimia analitik di UTA.

Meskipun masih banyak yang belum diketahui tentang dampak mikroplastik pada kesehatan ekologi dan manusia, tanda-tanda yang ada sejauh ini umumnya nggak bagus.

Penelitian sebelumnya udah nunjukkin bukti efek racunnya di seluruh rantai makanan. Tapi emang masih butuh lebih banyak riset buat ngejelasin apa aja yang dilakuin mikroplastik ini ke badan dan ekosistem kita.

Ada indikasi kalau mikroplastik bisa nyebabin peradangan, stres oksidatif, respons imun, dan kanker. Efek kesehatannya bisa beda-beda, tergantung jenis dan jumlah mikroplastiknya, plus ada nggaknya zat beracun lain yang nempel di serpihan ini.

Salah satu studi terbaru nemuin konsentrasi mikroplastik yang tinggi di arteri pasien stroke. Ini makin bikin khawatir tentang potensi efek kesehatan saat kontaminan ini numpuk di organ vital.

Secara lebih luas, ada kekhawatiran kalau polusi mikroplastik bisa ngeganggu fotosintesis dalam skala besar, yang dampaknya udah pasti buruk.

Karena regulasi mikroplastik belum kuat, konsumen jadi kayak dibiarin ngurus diri sendiri. Tapi tenang, dengan informasi yang tepat, kita bisa ngurangin paparan mikroplastik secara signifikan.

Satu hal penting yang perlu diingat, misalnya, mikrofiber itu nyumbang porsi besar polusi mikroplastik. Banyak di antaranya berasal dari pakaian bahan sintetis.

“Meskipun komunitas harus mengambil langkah untuk meningkatkan deteksi dan penyaringan mikroplastik di pemantauan air limbah dan kualitas air, konsumen sudah bisa membuat perbedaan dengan memilih untuk membeli pakaian dan tekstil dengan lebih sedikit plastik jika memungkinkan, karena tahu bahwa mikrofiber adalah mikroplastik paling umum yang terus-menerus dilepaskan melalui air limbah,” kata Kim bilang.

Studi ini diterbitkan di jurnal Science of the Total Environment.

(KoranPost)

Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/microplastics-persist-in-drinking-water-despite-treatment-plant-advances

Share this post

May 2, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?