Pengeboman ini menandai peningkatan tajam oleh kelompok bersenjata, yang menganggap pemerintah baru di Damaskus tidak sah.

ISIL (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap tentara Suriah, yang merupakan serangan pertama kelompok bersenjata tersebut terhadap pasukan pemerintah sejak jatuhnya Bashar al-Assad, menurut para analis.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kamis malam, ISIL mengatakan para pejuangnya telah menanam alat peledak yang mengenai “kendaraan rezim murtad” di Suriah selatan.

Pengeboman ini tampaknya menandai peningkatan oleh ISIL, yang menganggap pemerintah baru di Damaskus tidak sah, namun sejauh ini memusatkan aktivitasnya terhadap pasukan Kurdi di utara.

Ledakan, di wilayah gurun al-Safa di provinsi Sweida pada 22 Mei, dilaporkan menewaskan atau melukai tujuh tentara Suriah.

Serangan bom kedua, yang diklaim oleh ISIL awal pekan ini, menargetkan para pejuang dari Tentara Suriah Bebas yang dipimpin Kurdi yang didukung Amerika Serikat di daerah terdekat. ISIL mengatakan satu pejuang tewas dan tiga terluka.

Belum ada komentar resmi dari pemerintah Suriah, dan Tentara Suriah Bebas belum memberikan tanggapan.

Anggota pemerintah Suriah yang baru yang menggantikan al-Assad setelah pemecatannya pada bulan Desember pernah memiliki hubungan dengan al-Qaeda – saingan ISIL – tetapi memutuskan hubungan dengan kelompok tersebut hampir satu dekade yang lalu.

Namun, selama beberapa bulan terakhir, ISIL hanya mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Pasukan Demokratik Suriah di timur laut.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan ledakan konvoi itu adalah operasi pertama yang diklaim ISIL yang menargetkan militer Suriah yang baru.

ISIL dikalahkan secara teritorial di Suriah pada tahun 2019, tetapi mempertahankan sel-sel tidur, terutama di gurun tengah dan timur negara itu.

Meskipun kapasitas kelompok tersebut telah berkurang, serangan terbaru menunjukkan bahwa mereka mungkin berusaha untuk menegaskan kembali dirinya di tengah pergeseran aliansi dan melemahnya kontrol negara.