Cahaya Sisa Big Bang Mungkin Berasal Dari Galaksi Awal? Studi Baru Mengungkap Fakta Mengejutkan Tentang Awal Semesta

June 8, 2025

2 menit teks

Salah satu alasan kenapa para ilmuwan mantap banget sama teori Big Bang sebagai penjelasan terbaik tentang gimana Alam Semesta tercipta adalah karena ada ‘cahaya sisa’ yang dipancarkannya. Tapi, penelitian baru ini bikin kita mikir ulang soal sumber radiasi samar ini.

Secara teknis, cahaya sisa ini dikenal sebagai radiasi Cosmic Microwave Background (CMB). Radiasi ini udah melakukan perjalanan di ruang angkasa lebih dari 13 miliar tahun, sejak nggak lama setelah Big Bang terjadi. Radiasi ini bisa ditangkap sama teleskop tercanggih kita.

Nah, sekarang peneliti dari Nanjing University di China dan University of Bonn di Jerman ngitung-ngitung lagi. Hasilnya, mereka bilang kita mungkin udah terlalu melebih-lebihkan kekuatan CMB. Malah, bisa jadi radiasi itu nggak ada sama sekali!

Kenapa teori kosmologi ini jadi goyang? Karena ada bukti baru tentang galaksi tipe awal (early-type galaxies atau ETGs). Data terbaru dari Teleskop Luar Angkasa James Webb nunjukin kalo ETGs ini mungkin nyumbang sebagian atau bahkan seluruh CMB, tergantung simulasi yang dipake.

“Hasil kami ini jadi masalah buat model standar kosmologi,” kata fisikawan Pavel Kroupa dari University of Bonn. “Mungkin kita perlu menulis ulang sejarah Alam Semesta, setidaknya di beberapa bagian.”

Para ilmuwan udah tau banyak tentang ETGs, yang biasanya berbentuk elips. Yang baru adalah, penelitian terbaru ini, dan interpretasi terbaru dari data-datanya, nunjukin kalo galaksi tipe ini terbentuk jauh lebih awal dari yang diperkirakan model sebelumnya.

Para peneliti memperkirakan garis waktu evolusi ETG. (Gjergo & Kroupa, Nuclear Physics B, 2025)

Kalo garis waktu itu geser, pola radiasi yang nyebar di Alam Semesta juga ikut berubah. Gampangnya, Alam Semesta mungkin udah melewati fase awal ledakan gas dan pembentukan galaksi lebih cepet dari yang kita bayangin.

“Alam Semesta terus mengembang sejak Big Bang, kayak adonan roti yang mengembang,” kata Kroupa. “Ini artinya jarak antar galaksi terus bertambah.”

“Kita udah ngukur seberapa jauh jarak galaksi elips satu sama lain hari ini. Dengan data ini dan mempertimbangkan karakteristik galaksi-galaksi ini, kita bisa pake kecepatan ekspansi buat nentuin kapan mereka pertama kali terbentuk.”

Perkiraan yang lebih awal untuk pembentukan ETGs ini berarti kecerahan mereka bisa muncul “sebagai sumber kontaminasi latar depan CMB yang nggak bisa diremehin,” tulis para peneliti.

Kita perlu inget, penelitian ini masih tahap awal. Belum saatnya buat ngebuang buku-buku sains – atau apalah itu versi modernnya. Nulis ulang Wikipedia, mungkin? Tapi penelitian ini jelas ngajuin pertanyaan-pertanyaan besar.

Mengingat skala waktu dan jarak yang hampir nggak bisa dibayangin, sulit buat astrofisikawan buat selalu tepat. Para peneliti nyaranin kalo dari 1,4 persen sampe 100 persen CMB bisa dijelasin sama model baru mereka.

Yang pasti, seiring teleskop luar angkasa dan sistem analisis kita makin canggih, kita makin banyak belajar tentang Alam Semesta di sekitar kita. Dan itu artinya beberapa asumsi sebelumnya mungkin perlu disesuaikan lagi, termasuk yang soal pembentukan Alam Semesta itu sendiri.

“Melihat hasil yang didokumentasikan di sini, mungkin perlu mempertimbangkan [model] kosmologi [lain],” tulis para peneliti di makalah mereka.

Penelitian ini udah diterbitkan di Nuclear Physics B.

(KoranPost)

Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/the-big-bangs-glowing-echo-may-be-something-else-entirely

Share this post

June 8, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?