Mendeteksi penyakit Alzheimer lebih awal itu penting banget! Soalnya, makin cepat terdeteksi, makin banyak pilihan dukungan dan perawatan yang bisa diberikan. Plus, ilmuwan juga jadi punya kesempatan ekstra buat mempelajari penyakit ini.
Nah, ada penelitian baru nih yang hasilnya keren abis! Mereka bilang, diagnosis Alzheimer bisa dimajukan lebih dari satu dekade lho, dalam beberapa kasus.
Tim peneliti internasional menemukan bahwa pada orang yang punya kecenderungan genetik terhadap Alzheimer, ada penanda biologis (biomarker) tertentu di dalam darah yang bisa jadi sinyal penyakit ini muncul, bahkan sampai 11 tahun sebelum gejala kognitifnya kelihatan!
Biomarker ini adalah protein yang namanya beta-synuclein. Cara mendeteksinya gampang banget, cuma pakai tes darah biasa. Protein ini jadi indikator adanya kerusakan pada sambungan antar neuron di otak. Dan hubungannya dengan demensia (pikun) udah makin jelas.
Kata ahli saraf Patrick Öckl dari German Center for Neurodegenerative Diseases, “Tingkat protein ini di dalam darah mencerminkan kerusakan saraf dan bisa dideteksi dengan relatif mudah.”
“Menurut kami, ini bisa jadi biomarker potensial untuk mendeteksi neurodegenerasi (kerusakan saraf) secara dini.”
Para peneliti menganalisis sampel darah dari 178 orang yang terdaftar di database penelitian Alzheimer. Pesertanya beragam, ada yang udah kelihatan gejala demensia, ada juga yang punya mutasi genetik yang terkait dengan Alzheimer.
Melalui pemodelan statistik, tim menemukan bahwa orang tanpa gejala yang punya mutasi genetik punya tingkat beta-synuclein yang lebih tinggi di darah, dibanding mereka yang enggak punya mutasi. Dan yang paling tinggi tingkatnya adalah mereka yang punya mutasi dan udah bergejala. Ini bukti kuat kalau protein ini memang berhubungan dengan kerusakan paling awal yang terkait demensia.

Memang sih, enggak semua peserta penelitian ini diikuti perkembangannya dari waktu ke waktu. Tapi, kalau dilihat dari perkembangan Alzheimer yang umumnya terjadi dan munculnya gejala, mengecek protein ini bisa kasih peringatan dini lebih dari sepuluh tahun!
Ini masuk akal banget kalau kita tahu gimana cara kerja beta-synuclein. Protein ini ada di sambungan (atau sinapsis) antar neuron. Kalau sambungan ini rusak, proteinnya bakal dilepaskan. Fakta bahwa ini terjadi di awal perkembangan demensia juga kasih petunjuk penting tentang gimana demensia itu mulai muncul.
Menurut ahli saraf Markus Otto dari University Medicine Halle di Jerman, “Kehilangan massa otak dan perubahan patologis lainnya yang juga terjadi pada penyakit Alzheimer itu baru muncul belakangan.”
“Setelah gejala muncul, makin parah gangguan kognitifnya, makin tinggi tingkat beta-synuclein di darah. Jadi, biomarker ini mencerminkan perubahan patologis di tahap sebelum gejala maupun saat gejala sudah muncul.”
Biomarker ini enggak cuma potensial buat diagnosis dini. Peneliti juga mikir, memantau tingkat beta-synuclein bisa bantu identifikasi seberapa cepat Alzheimer berkembang, dan seberapa efektif beberapa perawatan dalam melindungi neuron. Bahkan, bisa juga bantu mengukur kerusakan otak akibat kondisi lain, kayak stroke.
Tapi yang utama, tujuannya adalah mendiagnosis penyakit Alzheimer sedini mungkin. Perawatan baru yang menjanjikan, seperti antibodi amiloid, bisa menunda munculnya gejala selama bertahun-tahun. Tapi, perawatan ini cenderung lebih efektif kalau diberikan sejak dini.
Kata Öckl, “Saat ini, Alzheimer biasanya didiagnosis cukup terlambat. Jadi, kita butuh kemajuan dalam diagnostik. Kalau enggak, kita enggak bisa memanfaatkan potensi penuh dari obat-obatan baru ini.”
Menguji tingkat beta-synuclein pada pasien yang berisiko bisa bantu memanfaatkan kemajuan perawatan ini secara maksimal.
Penelitian ini udah dipublikasikan di Alzheimer’s & Dementia.
(KoranPost)
Sumber: www.sciencealert.com
https://www.sciencealert.com/this-blood-signal-could-warn-you-of-alzheimers-10-years-before-symptoms