CEO Perplexity Akui Browser Baru Akan Lacak Aktivitas Pengguna Untuk Iklan Hiper-Personal

April 25, 2025

2 menit teks

Perplexity nggak cuma mau bersaing sama Google, tapi ternyata juga mau jadi Google.

CEO Aravind Srinivas bilang minggu ini di podcast TBPN kalau salah satu alasan Perplexity bikin browser sendiri itu buat ngumpulin data semua yang dilakuin pengguna di luar aplikasinya. Ini tujuannya buat jualan iklan premium.

“Itu salah satu alasan lain kenapa kita mau bikin browser, kita mau dapet data bahkan di luar aplikasi buat ngertiin kamu lebih baik,” kata Srinivas. “Soalnya, beberapa pertanyaan yang orang ajukan di AI ini murni buat kerja. Itu kan nggak personal.”

Dan pertanyaan yang berhubungan sama kerja nggak akan bantu perusahaan AI ini bikin profil yang cukup akurat.

“Di sisi lain, apa aja yang kamu beli; hotel mana yang kamu datengin; restoran mana yang kamu datengin; apa yang kamu habisin waktu buat browsing, itu kasih tau banyak banget soal kamu,” jelasnya.

Srinivas percaya pengguna browser Perplexity nggak akan masalah sama pelacakan kayak gitu karena iklan yang muncul harusnya lebih relevan buat mereka.

“Kita rencananya pakai semua konteks itu buat bangun profil pengguna yang lebih baik, dan mungkin, lewat fitur ‘discover’ kita bisa tampilin iklan di sana,” katanya.

Techcrunch event

Berkeley, CA
|
June 5


BOOK NOW

Browser yang namanya Comet ini sempat ada kendala, tapi rencananya bakal diluncurin Mei nanti, kata Srinivas.

Dia nggak salah, sih. Diam-diam ngikutin pengguna di internet itu yang bikin Google jadi perusahaan dengan nilai pasar sekitar $2 triliun kayak sekarang.

Makanya Google bikin browser dan sistem operasi mobile. Perplexity juga lagi coba sesuatu di dunia mobile. Mereka udah kerjasama sama Motorola, diumumin Kamis lalu, di mana aplikasi Perplexity bakal di-install duluan di seri Razr dan bisa diakses lewat Moto AI dengan ngetik “Ask Perplexity.”

Perplexity juga lagi ngobrol sama Samsung, lapor Bloomberg. Srinivas nggak langsung ngiyain, tapi dia sempat nyebut artikel Bloomberg di podcast itu yang terbit awal bulan ini, yang bahas soal dua kerjasama tersebut.

Jelas, Google bukan satu-satunya yang ngawasin pengguna online buat jualan iklan. Teknologi pelacakan iklan Meta, Pixels, yang ditanam di website-website di internet, itu cara Meta ngumpulin data, bahkan dari orang yang nggak punya akun Facebook atau Instagram. Bahkan Apple, yang jualan diri sebagai pelindung privasi, nggak tahan buat nggak lacak lokasi pengguna buat jualan iklan di beberapa aplikasinya secara default.

Di sisi lain, hal kayak gini bikin orang dari berbagai pandangan politik di AS dan Eropa nggak percaya sama perusahaan teknologi besar.

Ironis banget Srinivas terang-terangan ngejelasin ambisi pelacakan browser buat jualan iklan minggu ini.

Google sekarang lagi di pengadilan ngelawan Departemen Kehakiman AS, yang nuduh Google bertindak monopolistik buat nguasain pencarian dan iklan online. Departemen Kehakiman minta hakim nyuruh Google jual Chrome.

Baik OpenAI maupun Perplexity — nggak kaget, ngingat alasan Srinivas — bilang mereka bakal beli bisnis browser Chrome kalau Google dipaksa jual.

(KoranPost)

Sumber: techcrunch.com

Perplexity CEO says its browser will track everything users do online to sell ‘hyper personalized’ ads

Share this post

April 25, 2025

Copy Title and Content
Content has been copied.

Teruskan membaca

Berikutnya

KoranPost

Administrator WhatsApp

Salam 👋 Apakah ada yang bisa kami bantu?