Pusat data untuk melatih dan menjalankan AI sebentar lagi mungkin akan berisi jutaan chip, menelan biaya ratusan miliar dolar, dan membutuhkan daya listrik setara dengan kebutuhan listrik seluruh kota besar. Ini bukan ramalan, tapi berdasarkan tren saat ini.
Hal ini terungkap dari studi terbaru dari para peneliti di Georgetown, Epoch AI, dan Rand. Mereka meneliti pertumbuhan pusat data AI di seluruh dunia dari tahun 2019 sampai sekarang. Para peneliti mengumpulkan dan menganalisis data lebih dari 500 proyek pusat data AI. Hasilnya? Kinerja komputasi pusat data memang naik dua kali lipat lebih setiap tahun, tapi kebutuhan daya dan biaya pembangunan juga ikut naik pesat.
Temuan ini menunjukkan betapa besarnya tantangan dalam membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan teknologi AI dalam sepuluh tahun ke depan.
OpenAI, yang baru-baru ini bilang sekitar 10% penduduk dunia pakai ChatGPT, kerja sama dengan SoftBank dan lainnya untuk ngumpulin dana sampai $500 miliar buat bangun jaringan pusat data AI di AS (dan mungkin di tempat lain juga). Raksasa teknologi lain, seperti Microsoft, Google, dan AWS, bareng-bareng udah janji ngeluarin ratusan juta dolar tahun ini aja buat memperluas pusat data mereka.
Menurut studi dari Georgetown, Epoch, dan Rand, biaya hardware untuk pusat data AI kayak Colossus milik xAI (yang harganya sekitar $7 miliar) naik 1,9 kali setiap tahun dari 2019 sampai 2025. Kebutuhan dayanya? Naik 2 kali lipat per tahun di periode yang sama. (Colossus butuh daya sekitar 300 megawatt, setara dengan kebutuhan listrik 250.000 rumah tangga!).
Studi ini juga menemukan bahwa pusat data jadi lebih hemat energi dalam lima tahun terakhir. Salah satu metrik penting, yaitu kinerja komputasi per watt, naik 1,34 kali setiap tahun dari 2019 sampai 2025. Tapi, peningkatan ini nggak cukup buat nutupin naiknya kebutuhan daya. Di bulan Juni 2030, pusat data AI terkemuka bisa punya 2 juta chip AI, biayanya $200 miliar, dan butuh daya 9 GW – kira-kira setara dengan output sembilan reaktor nuklir.
Bukan rahasia lagi kalau kebutuhan listrik pusat data AI bakal sangat membebani jaringan listrik. Konsumsi energi pusat data diprediksi naik 20% pada tahun 2030, menurut analisis Wells Fargo baru-baru ini. Ini bisa bikin sumber energi terbarukan, yang tergantung cuaca, jadi kewalahan. Akibatnya, bisa memicu penggunaan sumber listrik non-terbarukan yang merusak lingkungan, kayak bahan bakar fosil.
Acara Techcrunch
Berkeley, CA
|
5 Juni
Pusat data AI juga menimbulkan ancaman lingkungan lainnya, seperti konsumsi air yang tinggi, dan memakan banyak lahan berharga. Selain itu, mereka juga mengurangi basis pajak negara. Sebuah studi oleh Good Jobs First, organisasi nirlaba di Washington, D.C., memperkirakan setidaknya 10 negara bagian kehilangan pendapatan pajak lebih dari $100 juta per tahun karena pusat data, akibat insentif yang terlalu besar.
Tentu saja, bisa jadi prediksi ini nggak kejadian, atau waktunya meleset. Beberapa hyperscaler, kayak AWS dan Microsoft, udah narik diri dari beberapa proyek pusat data dalam beberapa minggu terakhir. Dalam catatan untuk investor di pertengahan April, analis di Cowen melihat ada “pendinginan” di pasar pusat data di awal 2025, menandakan kekhawatiran industri akan ekspansi yang nggak berkelanjutan.
(KoranPost)
Sumber: techcrunch.com
Within six years, building the leading AI data center may cost $200B